Busana karya Sebastian Gunawan (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Desainer Indonesia, Sebastian Gunawan memberikan sebuah alternatif baru ketika berbusana cheongsam. Seba, begitu ia disapa tak cuma menginterpretasikan kembali busana cheongsam masa kini yang kaya detail, tapi juga memberi sentuhan kemewahan dan suasana festival ke dalamnya.
Seba mengatakan, selain sebagai sebuah perayaan yang membawa makna kebahagiaan, bulan seolah tengah menari mengikuti pergantian musim. Hal inilah yang membuatnya memilih Moon Dance sebagai bagian eksplorasi busana bernuansa oriental dari rancangannya. Inspirasinya diterjemahkan dalam siluet busana yang klasik, mewah, modern dan playful.
Desainer Indonesia, Sebastian Gunawan memberikan sebuah alternatif baru ketika berbusana cheongsam. Seba, begitu ia disapa tak cuma menginterpretasikan kembali busana cheongsam masa kini yang kaya detail, tapi juga memberi sentuhan kemewahan dan suasana festival ke dalamnya.
Seba mengatakan, selain sebagai sebuah perayaan yang membawa makna kebahagiaan, bulan seolah tengah menari mengikuti pergantian musim. Hal inilah yang membuatnya memilih Moon Dance sebagai bagian eksplorasi busana bernuansa oriental dari rancangannya. Inspirasinya diterjemahkan dalam siluet busana yang klasik, mewah, modern dan playful.
Inspirasi
Desainer Indonesia Sebastian Gunawan
meluncurkan koleksi terbarunya yang bertajuk "Moon Dance (Yue Liang
Wu)". Seperti temanya, desainer yang disapa Seba ini menghadirkan
koleksi untuk perayaan Imlek.
"Inspirasinya dari Tahun Baru itu sendiri. Tahun Baru Imlek sendiri kan juga diistilahkan sebagai Lunar New Year," kata Seba usai fashion shownya di Hotel Mulia, Selasa (3/2). "Luna itu kan artinya bulan, dan selalu dihitung berdasarkan bulan. Ketika bulan datang, orang keturunan itu mempersiapkan dan merayakan."
Seba juga mengatakan, selain sebagai sebuah perayaan yang membawa makna kebahagiaan, bulan seolah tengah menari mengikuti pergantian musim. Hal inilah yang membuatnya memilih Moon Dance sebagai bagian eksplorasi busana bernuansa oriental dari rancangannya.
"Inspirasinya dari Tahun Baru itu sendiri. Tahun Baru Imlek sendiri kan juga diistilahkan sebagai Lunar New Year," kata Seba usai fashion shownya di Hotel Mulia, Selasa (3/2). "Luna itu kan artinya bulan, dan selalu dihitung berdasarkan bulan. Ketika bulan datang, orang keturunan itu mempersiapkan dan merayakan."
Seba juga mengatakan, selain sebagai sebuah perayaan yang membawa makna kebahagiaan, bulan seolah tengah menari mengikuti pergantian musim. Hal inilah yang membuatnya memilih Moon Dance sebagai bagian eksplorasi busana bernuansa oriental dari rancangannya.
Siluet modern
Barisan busana Imlek Seba sangat kaya rupa.
Namun dari 70 busananya, Seba seolah ingin memperkenalkan dan
menginterpretasikan kembali cheongsam menjadi busana modern yang kaya
siluet dan detail. "Saya meriset busana Chinese zaman dahulu. Cheongsam
kerajaan dulunya bukan seperti sekarang ini," ucap suami desainer
Cristina Panarese ini.
Busana cheongsam dikenal dengan gaya kerah yang tinggi, siluet fit body dengan belahan gaun yang tinggi. Namun, nyatanya Seba menghadirkan cheongsam dengan gaya yang berbeda. Sentuhan Imlek diberikannya pada bagian kerah tinggi cheongsam dan kancing di dadanya. Di sekuen pertama, ia menghadirkan gaun Imlek dengan siluet gaun seperti blus Tiongkok masa lampau.
"Di sini banyak gaya blus cheongsam zaman dulu, namun dipanjangkan dan tangannya dibuat loose," katanya. Sedangkan bagian bawahnya dikreasikan dengan siluet flare, berlipit, mullet skirt (bawahan yang panjang di belakang dan pendek di depannya) bak gaun kerajaan.
"Dengan desain seperti ini saya ingin membawa kembali siluet lama cheongsam yang loose dan kimono cut ke zaman sekarang," ucapnya.
Busana cheongsam dikenal dengan gaya kerah yang tinggi, siluet fit body dengan belahan gaun yang tinggi. Namun, nyatanya Seba menghadirkan cheongsam dengan gaya yang berbeda. Sentuhan Imlek diberikannya pada bagian kerah tinggi cheongsam dan kancing di dadanya. Di sekuen pertama, ia menghadirkan gaun Imlek dengan siluet gaun seperti blus Tiongkok masa lampau.
"Di sini banyak gaya blus cheongsam zaman dulu, namun dipanjangkan dan tangannya dibuat loose," katanya. Sedangkan bagian bawahnya dikreasikan dengan siluet flare, berlipit, mullet skirt (bawahan yang panjang di belakang dan pendek di depannya) bak gaun kerajaan.
"Dengan desain seperti ini saya ingin membawa kembali siluet lama cheongsam yang loose dan kimono cut ke zaman sekarang," ucapnya.
Gaya lebih modern
Keinginan perempuan untuk tampil cantik namun tetap praktis dan leluasa bergerak, juga menjadi kunci utama desain Seba. Di sekuen kedua aneka bentuk gaya busana yang praktis juga jadi dihadirkannya.
Di sekuen kedua, Seba menghadirkan busana berkerah cheongsam dengan kemben berbentuk duyung, kemben dengan rok lebar. Bentuk rok yang multidimensi dan membuat gaya busana Imlek ini jadi lebih modern. Ia membuat bagian rok cheongsam yang lurus jadi lebih kaya konstruksi dan bervolume. Selain gaya duyung dan melebar, ada pula rok bergaya lampion yang membulat di bagian bawahnya, rok flare sampai rok dengan tambahan draperi di beberapa bagiannya. Busana bervolume ini memang menjadikan cheongsam jadi lebih playful dan berkesan muda.
Tak ketinggalan, crop top, halter neck, dan cape juga melengkapinya. "Jadi enggak hanya tipikal baju chinese dengan kerah tinggi, tapi kalau kita melihat baju dalam zaman dulu itu disebut oto. Bajunya seperti tank top, jadi selayaknya wanita memakai kebaya, ada dalamannya, torso. Kalau cheongsam dalamannya berbentuk halter neck dan kaku. Kalau dilihat saya banyak banget pake tali, jd halter neck," katanya.
Sekalipun bernuansa modern, ia tetap menghadirkan gaya busana yang klasik berupa gaun panjang berkerah tinggi dengan tambahan detail kancing Tiongkok di dadanya. Sebuah chinese tassel juga terselip di antara belahan rok yang tinggi.
Yang paling menonjol, ia menghadirkan gaya busana jumpsuit dengan cheongsam. Sekilas, dari kejauhan busananya terlihat bergaya jumpsuit off shoulder berwarna hitam. Padahal, sebenarnya, busana ini memiliki tambahan kerah tinggi yang terbuat dari bahan lace putih transparan.
Warna cerah
Di tangan Seba, cheongsam tak lagi melulu
harus berwarna merah. "Merah kan memang warna keberuntungan masyarakat
Tiongkok," ujarnya. Namun, tak semua orang percaya diri untuk
menggunakan warna merah.
Menyadari hal ini, sekaligus untuk memberi kesan yang muda dan tak biasa, Seba menghadirkan busananya dalam palet warna yang beragam. " Saya juga banyak mempresentasikan warna hitam putih, it's so classic color," ucapnya.
Busana yang ditampilkannya banyak yang menggunakan warna putih, hitam, merah, hijau, oranye, sampai ungu.
Sang perancang juga mengeksplorasi bahan-bahan busana yang digunakan. Dalam koleksinya kali ini, ia banyak bermain dengan bahan lace, brokat, pique, damask, mikado, jacquard, tile dan sutra Thailand.
Menyadari hal ini, sekaligus untuk memberi kesan yang muda dan tak biasa, Seba menghadirkan busananya dalam palet warna yang beragam. " Saya juga banyak mempresentasikan warna hitam putih, it's so classic color," ucapnya.
Busana yang ditampilkannya banyak yang menggunakan warna putih, hitam, merah, hijau, oranye, sampai ungu.
Sang perancang juga mengeksplorasi bahan-bahan busana yang digunakan. Dalam koleksinya kali ini, ia banyak bermain dengan bahan lace, brokat, pique, damask, mikado, jacquard, tile dan sutra Thailand.
(chs/mer)
No comments:
Post a Comment