Model berjalan diatas catwalk memperkenalkan koleksi Sebastian Red dan
Sebastian Sposaby dari desainer Sebastian Gunawan bertajuk A Ladys
Portrait di Ballroom Ritz Carlton, Pacific Place, Jakarta, 5 Oktober
2015. TEMPO/Nurdiansah
TEMPO.CO, Jakarta
- Perancang busana Sebastian Gunawan meluncurkan dua label sekaligus,
pekan lalu: Sposa dan Sebastian Red. Dalam peragaan bertajuk "A Lady's
Portrait" di Hotel Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta itu, Seba
berkolaborasi dengan istrinya, Christina Panarese.
“Kami terinspirasi dari citra wanita pada abad ke-18 hingga ke-19,” ujar Seba seperti ditulis Koran Tempo Akhir Pekan, Sabtu, 10 Oktober 2015. Dia merujuk Marie Antoinette, istri Raja Louis XVI, yang berasal dari Austria, yang dikenal dengan kehidupannya yang gemerlapan. Itu sebabnya, panggung malam itu dirancang seperti istana Versailles. Semuanya serba simetris, dengan proporsi sempurna, yang menjadi ciri khas zaman baroque.
“Kami terinspirasi dari citra wanita pada abad ke-18 hingga ke-19,” ujar Seba seperti ditulis Koran Tempo Akhir Pekan, Sabtu, 10 Oktober 2015. Dia merujuk Marie Antoinette, istri Raja Louis XVI, yang berasal dari Austria, yang dikenal dengan kehidupannya yang gemerlapan. Itu sebabnya, panggung malam itu dirancang seperti istana Versailles. Semuanya serba simetris, dengan proporsi sempurna, yang menjadi ciri khas zaman baroque.
Simetri itu juga
muncul secara konsisten lewat peragaan Seba malam itu. Seluruh koleksi
gaunnya, baik untuk label Red maupun Sposa, muncul dengan proporsi
simetris. Sebut saja gaun besar dengan aksen pinggang kecil dan rok
besar, rok berpotongan mullet, atau ballgown, untuk Sposa.
Seba sebenarnya tidak cuma bercerita soal era baroque lewat koleksinya kali ini. Dia memadukannya dengan unsur era rococo,
yang muncul setelahnya. Era ini bisa disebut mendominasi koleksi musim
ini. Hal itu bisa dilihat lewat aksen mirip bantalan lebar pada pinggul,
cape, potongan lengan yang menyerupai lonceng, serta warna-warna pupus
mirip seperti warna macaron.
Tata rambut para peragawati malam
itu juga dibikin sesuai dengan era tersebut: disasak tinggi dengan
sedikit gelungan di belakang kepala, plus cat warna abu-abu pada bagian
depan rambut mereka. Kalung mutiara dan stoking putih melengkapi
tampilan itu. Menurut Seba, semuanya menggambarkan kerumitan cara
berpakaian wanita di masa itu. “Saya kagum dengan kompleksitas semacam
itu,” tuturnya.
Dengan pakaian yang demikian ribet dengan penggunaan korset, bahkan susunan pakaian berlapis-lapis, wanita di era baroque-rococo
bisa tetap beraktivitas. “Sedangkan kalau diaplikasikan pada masa kini,
pakaian semacam itu bisa dibilang menjadi kostum,” ujar Seba.
Agar
keseluruhan koleksinya tidak menjadi kostum pesta Halloween akhir
Oktober nanti, Seba memberikan sentuhan modern. Dia menyesuaikannya
dengan siluet pakaian 1950-an-1960-an. Bentuk rok menyerupai huruf A, blazer, ataupun qi pao selalu muncul dalam setiap peragaan Seba.
Selebihnya,
sosok bak Marie Antoinette terlihat di mana-mana dalam peragaan ini.
Rasanya seperti menonton film Marie Antoinette karya Sofia Coppola.
Lewat berbagai warna dan motif yang ditampilkan Seba, orang bisa
membayangkan kehidupan Ratu Prancis yang mati dipenggal itu: singkat
tapi tak sempurna.
SUBKHAN J. HAKIM
No comments:
Post a Comment