The
real star of the Indonesian fashion world today” Begitu
Harian The
Jakarta Post memujinya.
Busana
rancangannya
begitu
berkelas,
dari
dekoratif
yang simpel
sampai
busana
yang begitu
dramatis. Desainer
yang terkenal
dengan
rancangannya
yang glamour, feminim, dan elegan,
ini
seringkali
membawa
harum
nama
Indonesia di mata dunia.
Setumpuk kain sutera bisa tak berarti apa-apa di hadapan kita. Tetapi coba sodorkan kain tersebut pada
Sebastian Gunawan, pasti disulapnya menjadi rancangan busana yang
begitu menawan. Pria kelahiran
Jakarta, 2 Juli 1967
ini memang dikenal sebagai perancang busana dengan beragam gaya dan tema. Karya-karya penuh inspirasi. Gaun malam rancangannya begitu
popular.
Kreativitasnya dalam mendesain sebuah busana tak hanya dikenal di dalam negeri, melainkan juga telah diakui di mancanegara. Ia juga meraih berbagai penghargaan, baik dalam dan luar negeri. Karena itu, desainer yang
sempat menimba ilmu
Fashion Design di Institute of Mode, Susan Budiharjo, seringkali menjadi tolak ukur utama dalam perkembangan tren busana di
Tanah Air.
Petualangannnya di dunia fashion terus berlanjut. Pada
1993, Sebastian memperkenalkan hasil rancangan perdananya dengan karya-karya
personal dan koleksi eksklusif dengan merek namanya sendiri,
Sebastian A. Gunawan. Namanya pun mulai diakui di kalangan pekerja industri fashion di
Indonesia.
Alumni The Fashion Institute of Design
and Merchandising, Los Angeles, ini terus memacu kreativitasnya. Dua tahun berikutnya, bersama sang
istri,
Christina Panarese, ia meluncurkan koleksi busana siap pakai dengan nama
“VOTUM”, yang artinya Vote
of Confidence.
Dalam kurun waktu enam tahun, desainer yang seringkali menjadi juri dalam kompetisi fashion bergengsi di
Indonesia ini kembali memperkenalkan koleksi terbarunya dengan merek
“Sebastian’s” dan
“Sebastian Sposa”. Merek terakhir ini merupakan koleksi busana pengantin yang
dirancang khusus untuk kalangan menengah atas.
Kreativitas Sebastian ternyata tak hanya di dunia mode, tapi juga dalam hal merancang keramik. Garis rancangannya yang
dikenal anggun dan
glamour pernah ia pindahkan ke dalam aksesori kamar mandi dan piranti makan-minum berbahan keramik. Dengan memadukan konsep fashion dan function, keramik bermerek Seba Xeramik ini tetap terlihat anggun dan fungsional dengan nuansa
Oriental dan Spanyol. Dalam pengerjaannya,
Sebastian menemukan keasyikan tersendiri.
"Keindahan busana akan terlihat begitu selesai pengerjaan. Sementara piranti ini keistimewaannya setelah di-setting dalam sebuah penataan,"
ungkapnya.
Selain produktif dalam merancang, lulusan Instituto Artistico Dell Abbigliamento Maragoni,
Milano, Italia, ini juga secara rutin menggelar peragaan busana tunggal. Terakhir
kali, peraih penghargaan
Young Fashion Designers Contest pada 1993 ini menyelenggarakan pergelaran busana dengan tema “Rendezvouz”.
Kali ini busana yang
ditampilkan bernuansa lembut, muda, cerah, dengan ornamen kilau payet dan manik kristal, serta paduan antara hitam dan putih.
Mendapat pengukuhan di dalam negeri, Sebastian lantas memperlebar pangsa pasarnya ke mancanegara. Dia seringkali berpartisipasi dalam pagelaran maupun kompetisi fashion tingkat internasional. Pada 2004
lalu, misalnya, ia meraih penghargaan
World Young Designer Award pada Konvensi sedunia International Apparel Federation (IAF)
XX di Barcelona, Spanyol. Rancangannya berlabel “I
Miss Bali” berhasil menyisihkan 17 pesaingnya dari negara
lain.
Kiprahnya di dunia internasional terus berlanjut. Peraih penghargaan Best
Designer dari
Indonesia Tattler Society ini juga turut andil dalam Bangkok International Summer Fashion
Week 2005 lalu. Dalam pekan mode
yang digelar di
Central Chidlon, salah satu departement
store terkemuka di
Thailand, ini ia diundang sebagai perancang bintang tamu.
Tampaknya peragaan kali ini cukup memuaskan Sebastian. "Saya rasa
ini adalah salah satu yang
terbaik dari peragaan saya di luar negeri,” ujarnya, berterus terang. Bukan saja karena baju-baju hasil rancangannya diminati pengunjung, tapi fasilitas dan kolaborasi mereka yang
terlibat, seperti make
up artist, koreografer, dan pihak penyelenggara begitu menyenangkan. Selain itu, ia tampaknya telah menemukan peluang yang
terbuka untuk menembus pasar
Thailand.
Kolaborasi Sebastian dan Christina dalam merancang busana mendapat apresiasi dari berbagai kalangan di Indonesia. Di samping merancang busana untuk dijual di pasaran atau permintaan pribadi, seringkali ia mendapat kehormatan untuk merancang gaun-gaun cantik dalam rangka perayaan khusus. Seperti dalam pemilihan Miss
ASEAN 2005 lalu maupun untuk konser musik penyanyi Titie DJ, beberapa waktu lalu.
Peragaan busana yang diselenggarakan
Sebastian pun tak semata berorientasi keuntungan. Seringkali pergelaran ia selenggarakan dalam rangka mengumpulkan dana amal.
Dana yang berhasil dikumpulkan pun cukup besar. Dalam pergelaran yang
dilaksanakan Yayasan Cinta Anak Bangsa
(YCAB) tahun lalu, misalnya, penjualan kursi pergelaran mencapai
Rp378 juta. ”Saya pikir, daripada sekadar membuat pergelaran, mengapa tidak untuk amal saja. Toh, pelanggan saya tidak keberatan,” katanya, ringan.
Kreativitas dan inovasi Sebastian tampaknya akan terus berlanjut. Apalagi, ia mengakui, industri fashion di
Indonesia memiliki potensi yang
cukup besar untuk maju, mengingat jumlah populasi penduduk
Indonesia yang besar. Peluang yang
sama juga ia temukan untuk pasar luar negeri.
“Kita juga memiliki potensi yang
cukup bagus untuk dapat bersaing dan berkembang bila didukung dengan regulasi dan
program-program promosi yang
cukup menunjang dari pemerintah,” tutur Desainer Favorit 2005
versi Majalah Dewi ini.
Maka, kecintaannya pada dunia rancang busana maupun desain kreatif akan melanjutkan perannya dalam industri fashion tanah air.
“Saya ingin memperkuat eksistensi bisnis fashion di
Indonesia,” ujar pemilik
Sebastian’s Boutique, ini dengan penuh semangat. Ia pun menapaki masa mendatang dengan rancangan yang
menjanjikan optimisme.
No comments:
Post a Comment