Saturday, November 21, 2015

“A Midsummer Night's Dreams” | Keanggunan di Hutan Sebastian Gunawan

Jakarta - Kisah A Midsummer Night's Dream karya penulis terkenal William Shakespeare mengilhami desainer Sebastian Gunawan untuk menghadirkan pagelaran busana yang menawan dengan berlatarkan hutan cantik yang magis.

“Saya dan Christina Panarese membayangkan ada kejadiannya di hutan yang enchanted dan ada dua pasang manusia yang tengah jatuh cinta. Cinta mereka digoda oleh peri-peri di hutan,” ujar Sebastian saat ditemui seusai fashion show di Jakarta, Kamis (19/11).

Seba, panggilan akrab Sebastian Gunawan, menyulap tempat pertunjukkannya di Ciputra Artpreneur Jakarta. Catwalk malam itu ditutupi oleh pohon dan dedaunan di seluruh dinding hingga langit-langitnya menjadi hutan cantik. Penataan lampu warna-warni dan juga suara efek burung-burung berkicau dan aliran air sungai menambah atmosfer magis.

Para model bak peri-peri cantik dengan gaun rancangan Seba yang mempertemukan keindahan Marie Antoinette 1780-an dan glamoritas tahun 1950-an. Sebanyak 80 busana koleksi dari rancangan lini utama Seba yang terdiri dari gaun-gaun cocktail hingga gaun malam panjang diperagakan.

“Saya dan Christina merasa koleksi ini begitu menarik, karena kami bisa membayangkan kejadiannya di hutan. Saya juga membayangkan dengan busana dengan bahan-bahan memberikan tekstur seperti kulit kayu, bunga tanduk manjangan, serat-serat kuning seperti kayu, dan kerlipan kristal seperti kumbang-kumbang,” ujarnya.

Desainer yang sudah go international ini memang menampilkan elemen-elemen bernuansa alam dirancangannya, seperti ruffles yang diolah menjadi lekukan dan tampak seperti dedaunan. Ada pula lipat dan susun tampak seperti akar dan permainan tekuk hingga serupa kelopak bunga yang sedang mengembang.

Ia juga menggunakan tebaran kemilau embellishment seperti kedip seregombolan kunang-kunang. Gaun pendek dan panjang menjuntai hadir artistik dengan teknik potong laser yang bersusun-susun hingga menyerupai serat kayu.

Seba menghadirkan detail di atas bahan tipis seperti sifon, organdi, sutera, taffeta yang membentuk busana berkonstruksi kuat. Namun di sisi lain, tekuk, tindas, dan lipat tidak digarap di bahan tipis, melainkan di bahan bertekstur tebal seperti brokat tebal, jacquard dengan pola rumit.

Seba juga sengaja memilih warna-warna pada hasil rancangannya yang menggambarkan kehidupan di hutan, mulai dari matahari terbit hingga malam hari. “Putih, semburat kuning, serta perak kebiruan menggambarkan pagi hari,” ujar Seba.

Untuk kesan yang lebih dramatis Seba menonjolkan gaun-gaun warna tanah, hijau keemasan di antara pink keperakan menyongsong sore di tengah hutan. Mencapai akhir dari hari di hutan, Seba memilih nuansa hitam keungunan untuk menggambarkan suasana malam hari.

Carla Isati Octama/EAS

No comments:

Post a Comment