Monday, October 12, 2015

SebastianRed and SebastianSposa | Marie Antoinette di Rancangan Sebastian Gunawan

Model berjalan diatas catwalk memperkenalkan koleksi Sebastian Red dan Sebastian Sposaby dari desainer Sebastian Gunawan bertajuk A Ladys Portrait di Ballroom Ritz Carlton, Pacific Place, Jakarta, 5 Oktober 2015. TEMPO/Nurdiansah

TEMPO.CO, Jakarta - Perancang busana Sebastian Gunawan meluncurkan dua label sekaligus, pekan lalu: Sposa dan Sebastian Red. Dalam peragaan bertajuk "A Lady's Portrait" di Hotel Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta itu, Seba berkolaborasi dengan istrinya, Christina Panarese.

“Kami terinspirasi dari citra wanita pada abad ke-18 hingga ke-19,” ujar Seba seperti ditulis Koran Tempo Akhir Pekan, Sabtu, 10 Oktober 2015. Dia merujuk Marie Antoinette, istri Raja Louis XVI, yang berasal dari Austria, yang dikenal dengan kehidupannya yang gemerlapan. Itu sebabnya, panggung malam itu dirancang seperti istana Versailles. Semuanya serba simetris, dengan proporsi sempurna, yang menjadi ciri khas zaman baroque.

Simetri itu juga muncul secara konsisten lewat peragaan Seba malam itu. Seluruh koleksi gaunnya, baik untuk label Red maupun Sposa, muncul dengan proporsi simetris. Sebut saja gaun besar dengan aksen pinggang kecil dan rok besar, rok berpotongan mullet, atau ballgown, untuk Sposa.

Seba sebenarnya tidak cuma bercerita soal era baroque lewat koleksinya kali ini. Dia memadukannya dengan unsur era rococo, yang muncul setelahnya. Era ini bisa disebut mendominasi koleksi musim ini. Hal itu bisa dilihat lewat aksen mirip bantalan lebar pada pinggul, cape, potongan lengan yang menyerupai lonceng, serta warna-warna pupus mirip seperti warna macaron.

Tata rambut para peragawati malam itu juga dibikin sesuai dengan era tersebut: disasak tinggi dengan sedikit gelungan di belakang kepala, plus cat warna abu-abu pada bagian depan rambut mereka. Kalung mutiara dan stoking putih melengkapi tampilan itu. Menurut Seba, semuanya menggambarkan kerumitan cara berpakaian wanita di masa itu. “Saya kagum dengan kompleksitas semacam itu,” tuturnya.

Dengan pakaian yang demikian ribet dengan penggunaan korset, bahkan susunan pakaian berlapis-lapis, wanita di era baroque-rococo bisa tetap beraktivitas. “Sedangkan kalau diaplikasikan pada masa kini, pakaian semacam itu bisa dibilang menjadi kostum,” ujar Seba.

Agar keseluruhan koleksinya tidak menjadi kostum pesta Halloween akhir Oktober nanti, Seba memberikan sentuhan modern. Dia menyesuaikannya dengan siluet pakaian 1950-an-1960-an. Bentuk rok menyerupai huruf A, blazer, ataupun qi pao selalu muncul dalam setiap peragaan Seba.

Selebihnya, sosok bak Marie Antoinette terlihat di mana-mana dalam peragaan ini. Rasanya seperti menonton film Marie Antoinette karya Sofia Coppola. Lewat berbagai warna dan motif yang ditampilkan Seba, orang bisa membayangkan kehidupan Ratu Prancis yang mati dipenggal itu: singkat tapi tak sempurna. 

SUBKHAN J. HAKIM


No comments:

Post a Comment